SISTEM TELEVISI HITAM PUTIH, BERWARNA, DAN DIGITAL

SISTEM TELEVISI HITAM PUTIH, BERWARNA, DAN DIGITAL



Selamat siang sahabat pembaca, pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang Sistem Televisi Hitam Putih, Berwarna, dan Digital pada Teknik Telekomunikasi. 

6.1 Pembacaan Dan Penayangan Gambar

Pembacaan objek oleh kamera disisi pengirim maupun penayangan gambar pada layar disisi penerima dilakukan titik demi titik dari kiri ke kanan, atas ke bawah, sehingga terbagi N baris, di ulang ulang M kali per detik.
Arah gerak dari kiri kekanan disebut langkah maju horisontal. Jika dari atas kebawah disebut langkah maju vertikal
Gerak kembali dengan sangat cepat ke kiri disebut langkah balik horisontal. Gerak kembali ke tepi atad disebut langkah balik bertikal atau flyback.
Titik cerah diwakili dengan tegangan rendah, sedangkan titik gelap untuk mewakili   tegangan tinggi. Teknik diatas adalah modulasi negatif.
Nisbah antara lebar terhadap tinggi layar (yakni w:h) disebut nisbah aspek
N baris yang membentuk satu layar penuh disebut bingkai.jika perbaris di beri nomor maka akan urut.1.2.3dst. jika pembacaan dan penayangan secara urut sesuai baris baris satu bingkai maka teknik ini disebut pemayaran progresif
Tv konvensional menggunakan pemayaran bersisipan yautu satu bingkai dengan 625 baris dipilah menjadi 2 kelompok yaitu kelompok nomor gasal dan genap, yang masing masing kelompok berisikan baris 312,5. Satu kelompok tsb di sebut satu medan. Jadi satu bingkai ada 2 medan yaitu genap dan ganjil.
Pada saat langkah balik layar harus dipadamkan. Dan pemayaran harus serempak pada penerima dan pengirim.kamera dilemgkapi dengan isyarat denyut denyut pemadaman dan penyerempak agar siap dikirim ke sisi penerima.




6.2. Perhitungan Lebar-Bidang Video

Gambar yang ditinjau dalam satuan bingkai memiliki perbandingan aspek atau biasa disebut aspect ratio yang merupakan perbandingan/rasio antara lebar(width) dengan tinggi(height), sebagai w∶ h. dan bingkai tersebut sebenarnya merupakan perbandingan antara r baris dan c kolom, sehingga r∶ c = h∶ w. dengan demikian, bingkai/gambar tersebut mempunyai piksel sebanyak p = cr = (w/h)rr = (w/h) r^2.
Jika scanning dilakukan sebanyak n kali perdetik, terdapat np piksel per detik dimana setiap piksel diubah menjadi isyarat video. Daur isyarat video mewakili dua piksel, sehingga frekuensi isyarat video sebesar f_H=np/2 Hz



6.3 TV Hitam-Putih

    Berdasar gambar 6.6, tampak bahwa isyarat video digunakan untuk memodulasi secara AM-VSB (Vestigial side-band). Sinyal pembawa gaambar dan sinyal audio digunakan untuk memodulasi secara FM isyarat suara. Spektrum VSB dapat dipandang sebagai USB ditambah sebagian kecil LSB. Frekuensi pembawa suara terletak MHz diatas frekuensi pembawa gambar. Spektrum dan alokasi frekuensi TV hitam-putih diperlihatkan pada gambar 6.7.



6.4 TV Berwarna

    Dikenal 3 sistem televisi yakni NTSC (National Television Systems Comittee) yang banyak dipakai dipakai di Amerika dan jepang. PAL (Phase Alteration by Line) yang dipakai di Indonesia dan sebagian Eropa, serta SECAM (Sequential Couleres a Memoire) yang dipakai di Perancis.

    Pada BWTV, sinyal video keluaran kamera hanya mewakili aras kelabu (gelap - terang) titik pada obyek yang sedang sedang dibacanya. Layer penampilan juga hanya menampilkan menampilkan aras kelabu titik-demi-titik.


Untuk televisi berwarna(Colour television, CTV), keluaran tahap awal kamera merupakan komponen warna atas titik yang sedang dibacanya. Setiap warna akan diurai menjadi tiga kompone dasar, yakni merah(red, R), hijau(green, G) dan biru (blue, B). sebalikanya disisi penerima, layer penampil melakukan sistesis warna berdasar tiga komponen tersebut. Secara teoretis, sisi pengirim pada dasarnya cukup mengirimkan tiga komponen warna tersebut. Namun agar penerima hitam-putin masih tetap dapat berfungsi , sisi pengirim tetap perlu mengirimkan isyarat yang mewakili aras kelabu, yang tidak lain adalah isyarat video pada BWTV. Dalam terminology CTV, isyarat yang mewakili aras kelabu ini disebut luminans(luminance). Lazim dinotasikan dengan Y, yang dibangun dengan Y = 0,59 G + 0.30 R + 0,11 B.
    Pembangkitan isyarat video pengirim dan penayangannya di penerima CTV secara umum diperlihatkan gambar 6.8. Keluaran R,G,G dari kamera di ubah menjadi Y, C1, dan C2, dengan C1, dan C2 secara umum berbentuk Ck = rkR + gkG + bkB. Nilai koefisien rk, gk, dan bk tergantung sistemnya : NTSC, PAL, atau SECAM. Dengan hadirnya kroma, spektrum frekuensi CTV sedikit berbeda dengan BWTV, seperti pada gambar 6.9.

    Spektrum terletak dalam rentang spektrum luminans, namun luminans dan kroma tidak saling interferens karena diterapkannya Teknik penyelingan frekuensi(frequency interleaving). Spektrum kroma dan luminans bukanlah spektrum kontinu, melainkan spektrum garis.


6.5 Penyandi Dan Pengawa-Sandi Krominans

    Encode dan decoder krominans NTSC diperlihatkan  pada gambar 6.12. isyarat C1 dan C2 pada gambar 6.8 diwujudkan sebagai isyarat in-phase(I) dan quadrature(Q) . sub pembawa koma memiliki frekuensi ,58 MHz, yang digeser dulu 57derajat untuk dimodulasi oleh I dan digeser lagi 90 derajat untuk dimodulasi oleh Q.


    Gambar 6.14 membuktikan encoder dan decoder krominans system SECAM. Dibentuk isyara DR = -1,9 (R-Y) dan DB = 1,5 = 1,5(B-Y) yang dikirim secara sekuensial (bergantian perbaris).  Sub pembawa kroma  memiliki frekuensi sekitar 4,43 MHz, modulasi FM. Identifier sederhana diperlukan agar decoder tidak terbalik mengurutkan DR dan DB.


6.6 Televisi Digital

Penyiaran TV digital berarti merepresentasikan secara digital gambar dan suara yang aslinya analog agar dapa ditransmisikan. Alasan utama teknologi penyiaran TV dialihkan dari analog menjadi digital yakni efisiensi lebar-bidang frekuensi. Kanal frekuensi selebar 8 MHz dengan sistem analog hanya mampu menampung satu stasiun TV sedangkan untuk digital dapat menampung hingga 6 stasiun TV, disamping itu penggunaan teknologi digital mampu meningkatkan kualitas dari gambar.
Dalam penyiaran TV digital, terdapat 2 bagian yang distandarkan, bagian I untuk pemampatan dan penjamakan, sedang bagian II untuk kendali galat dan sistem transmisi. Untuk pemampatan sebagian besar menggunakan standar MPEG-2 (Moving Picture Expert Group-2). Pada bagian II terdapat beberapa standar, di Indonesia sendiri KOMINFO telah menetapkan penggunaan standar DVB-T (Digital Video Broadcasting Terrestrial) untuk penerima tak bergerak.
Elektronika pesawat penerima TV digital sangat berbeda dengan pesawat penerima TV analog, sehingga jika kita masih ingin menggunakan pesawat penerima TV analog yang tersedia maka diperlukan alat perantara yang lazim yang biasa disebut dengan STB (Set Up Box) yang pada dasarnya merupakan alat penerima digital.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »